Acetylcysteine atau asetilsistein adalah obat yang berfungsi sebagai agen mukolitik atau pengencer dahak. Ini merupakan salah satu obat yang kerap diresepkan dokter kepada penderita asma, PPOK, atau cystic fibrosis.
Meski berperan sebagai obat batuk, namun acetylcysteine tidak ditujukan untuk menyembuhkan batuk kering. Oleh karena itu, konsultasikanlah kepada dokter umum atau dokter spesialis penyakit dalam sebelum mengonsumsi obat ini. Anda bisa melakukan konsultasi online mudah melalui aplikasi KlikDokter yang bisa Anda download di sini.
Acetylcysteine bisa digunakan pada orang dewasa dan anak-anak sesuai anjuran dokter. Selengkapnya tentang informasi Acetylcysteine bisa Anda simak di bawah ini.
Kegunaan Acetylcysteine
Acetylcysteine merupakan larutan asam amino alami yang digunakan untuk membantu mengeluarkan dahak atau lendir kental dan lengket seperti jeli yang bisa mengganggu pernapasan dan fungsi lainnya. Dahak diproduksi oleh paru-paru dan tenggorokan yang berguna sebagai pelembab dan pelindung saluran pernapasan dari infeksi atau benda asing.
Namun, produksi dahak yang terlalu banyak karena peradangan di saluran pernapasan, bisa menggumpal dan menyumbat saluran pernapasan. Karenanya akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan harus segera dikeluarkan.
Pemberian acetylcysteine akan membantu mengencerkan dahak. Acetylcysteine bereaksi dengan bahan kimia pada dahak untuk membuat dahak menjadi cair atau tidak lengket sehingga mudah dikeluarkan saat batuk.
Acetylcysteine termasuk obat keras. Karena itu pemakaiannya harus mengikuti resep dari dokter. Beberapa penyakit berikut biasanya akan diresepkan acetylcysteine oleh dokter, di antaranya:
- Bronkitis
- Asma
- Pneumonia atau radang paru-paru
- Emfisema
- Cystic fibrosis
- Tuberkulosis
Selain untuk mengatasi dahak, acetylcysteine juga dimanfaatkan oleh dokter untuk menangani kasus keracunan paracetamol. Pada kondisi ini, acetylcysteine sebagai penetralisir senyawa beracun dengan cara meningkatkan kadar glutathione dan antioksidan.
Peringatan Sebelum Mengonsumsi Acetylcysteine
Sebelum mengonsumsi acetylcysteine, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, di antaranya:
- Selalu beri tahu dokter terkait riwayat penyakit dan alergi yang Anda miliki terhadap Acetylcysteine atau obat-obatan tertentu.
- Selalu beri tahu dokter apabila Anda sedang atau pernah mengidap penyakit asma, ginjal, maag, tukak lambung, tekanan darah tinggi (hipertensi), varises esofagus, gagal jantung, atau sedang menjalani diet rendah garam.
Dosis dan Aturan Pemakaian Acetylcysteine
Acetylcysteine tersedia dalam tiga bentuk yaitu kapsul, inhalasi, dan cairan infus. Karena termasuk obat keras, maka pengobatan penyakit menggunakan acetylcysteine harus sesuai resep dokter.
Secara umum, dosis dan aturan pakai untuk obat acetylcysteine sesuai tujuannya adalah sebagai berikut:
- Tujuan Sebagai Agen Mukolitik Sediaan Kapsul
Untuk acetylcysteine berbentuk kapsul, dosis dan aturan pemakaiannya, yaitu:
- Dewasa: 1 kapsul, 2 sampai 3 kali sehari
- Anak usia 6 sampai 14 tahun: 1 kapsul, 2 kali sehari
- Tujuan Sebagai Agen Mukolitik Sediaan Cairan Inhalasi
Lalu, untuk acetylcysteine dalam bentuk cairan inhalasi, dosis dan aturan pemakaiannya, yaitu:
- Dewasa
Sebagai larutan 10%: 6 sampai 10 ml, diberikan 3 hingga 4 kali sehari. Peningkatan dosis menjadi 2-20 ml bisa diberikan setiap 2 hingga 6 jam sesuai kebutuhan.
Sebagai larutan 20%: 3 sampai 5 ml, diberikan 3 hingga 4 kali sehari. Peningkatan dosisi menjadi 1-10 ml diberikan setiap 2 hingga 6 jam sesuai kebutuhan.
- Anak-anak
Sama seperti dosis orang dewasa atau sesuai dengan anjuran dari dokter
- Tujuan Untuk Menangani Keracunan Paracetamol Sediaan Infus
Pada kasus keracunan paracetamol bisa diberikan acetylcysteine dengan dosis dan aturan pemakaian, yaitu:
- Dewasa
Mulanya diberikan dosis 150 mg/kgBB (maksimal 16,5 g) dalam 200 ml pengencer selama lebih dari 1 jam. Lalu, disambung dengan dosis 50 mg/kgBB (maksimal 5,5 g) dalam pengencer 500 ml selama 4 jam. Bisa dilanjut lagi dengan dosis 100 mg/kgBB (maksimal 11 g) dalam 1 liter pengencer selama 16 jam ke depan.
- Anak-anak
Anak-anak dengan berat badan 20-39 kg: mulanya diberikan dosis 150 mg/kgBB dalam 100 ml pengencer selama 1 jam. Lalu, disambung dengan dosis 50 mg/kgBB dalam pengencer 250 ml selama 4 jam. Bisa dilanjut lagi dengan dosis 100 mg/kgBB dalam 500 ml pengencer selama 16 jam.
Anak-anak dengan berat badan >40 kg: disamakan dengan dosis dewasa.
Cara Menggunakan Acetylcysteine
Acetylcysteine dikonsumsi sesuai dengan dosis yang diresepkan oleh dokter. Jangan sekali-kali menambah atau mengurangi dosis obat, sebab bisa menimbulkan efek samping berbahaya bagi tubuh.
Makanlah terlebih dahulu sebelum mengonsumsi kapsul acetylcysteine. Sementara, acetylcysteine cairan inhalasi bisa digunakan dengan cara dihirup menggunakan bantuan nebulizer atau mesin yang mengubah obat menjadi kabut sehingga bisa dihirup.
Efek Samping Acetylcysteine
Efek samping berikut ini mungkin akan muncul selama atau setelah Anda mengonsumsi acetylcysteine, yaitu:
- Muntah
- Mual
- Berkeringat
- Demam
- Gatal
- Nyeri sendi
- Kemerahan
- Gangguan fungsi hati
- Henti napas
Sementara itu, beberapa gejala overdosis berikut ini juga bisa muncul pada pemberian acetylcysteine secara oral di antaranya, yaitu:
- Diare
- Reaksi anafilaksis
- Muntah
- Mual
Interaksi dengan Obat Lain
Acetylcysteine bisa berinteraksi dengan obat lain dan menimbulkan beberapa kondisi, yaitu:
- Penumpukan sekresi bronkial dengan antitusif
- Bisa menurunkan efek farmakologis dari penggunaan antibiotik
Penelitian pada binatang secara umum tidak memperlihatkan risiko pada janin. Namun, belum diketahui apakah acetylcysteine bisa terserap ke ASI pada ibu menyusui karena keterbatasan penelitian. Itulah informasi mengenai acetylcysteine mulai dari kegunaan, aturan pemakaian, dan efek samping yang bisa ditimbulkan. Sebaiknya selalu berbicara kepada dokter sebelum menggunakan obat ini.